I have new soulmate. Sebut saja namanya Oppa. Awalnya sih dia kuliah di salah satu Universitas islam di makassar, tapi, karena sesuatu hal dia merasa ngak nyaman disana akhirnya pindah ke Stimik. Dia juga sempat bekerja di salah satu lembaga yang bergerak dalam pembangunan karakter anak dan sebagai guru privat, di Makassar. Ia dan rekannya, biasa menggelar acara bertema pengembangan karakter yang berbasis keagamaan. Aku sebenarnya udah kenal dia sejak SMA dulu kira-kira tahun 2009, aku kenal dia pas sama-sama ikut Bimbingan belajar intensiv di alah satu Bimbel terkemuka di makassar namun,belum begitu akrab. Akhir tahun 2011 baru aku deket kembali sama dia karena sering curhat tentang mantan aku yang notabennya temen dia sendiri. Kami akhirnya berawal dari tukeran nomor, curhat-curhatan, terus sering Gowes bareng.
Oppa ini taat beragama. Setiap kali ngobrol dengannya, ia mengucapkan kalimat subhanallah. Segala Puji bagi Allah. Itu kalimat untuk mengutarakan kekaguman terhadap sesuatu, menurutku. Dia juga sering mengikuti lomba-lomba cerdas cermat soal agama, lomba tadarrusan, bahkan sampai ke tingkat nasional. Salut buat dia deh. Tapi, dia tuh orangnya ngak kaku kanyak orang yang istilahnya fanatik soal agama. Tapi, dia justru pinter mengemas soal agama tuh menarik buat diketahui sama orang. Tapi, yah kadang sih, setiap dia bicara kadang saya berfikir benar ngak sih yang dia bilang nih. Karena, dia tuh oarangnya perfect dimata aku.
Sebelumnya saya belum pernah bertemu dengan cowok selama 20 tahun ini tuh seperti dia, yah mungkin aku agak sedikit parez atau naif tapi, yah itu lah yang saya rasakan. Nyaman aja bisa punya temen baru kanyak dia. Kami sering ngobrol ngalor-ngidul, via chat di Facebook. Sesekali via webcam. Beberapa waktu sebelumnya, setiap kali oppa bikin status di Facebook, saya hanya membubuhkan jempol pada statusnya, begitu pula sebaliknya. Hehehe. Saat ini saya jarang memberikan jempol ke sejumlah status teman saya di jejaring sosial itu. Jempol saya sudah centengan alias kapalan. Xixixi.
Satu hal yang baru aku ketahui dari Oppa. Ternyata dia punya keinginan untuk pergi ke negara bagian arab saudi gitu. Mengaji, hafalan alquran itu kebiasaannya dahulu, saat masih duduk di bangku SMA. Setelah itu, dia sekarang juga lagi mengasah kemampuannya di dunia IT. Ia lebih suka membaca buku kelas berat, yang notabennya anak remaja seumuran dia tuh males banget ngebaca buku yang dia suka itu. Terutama bacaan yang dapat meletupkan semangat hidup, dan penemu-penemu bersejarah.
Oppa itulah nama yang saya berikan buat dia karena walaupun dia lebih muda dari aku tapi, menurutku dia bisa jadi salah satu penuntun hidupku. Layaknya seorang oppa( Kakak dalam bahasa jepang ) kepada Mba vin. Buat oppa cayooo...jalani apa yang ada di depan oppa, and harus serius buktikan kepada orang tua oppa, kalau oppa bisa berhasil di jurusan yang sekarang.
Maaf yah oppa...ini salah satu bukti kalau oppa bisa jadi penuntunku buat ciptain karya baru. Moga kita bisa bersahabat and jadi soulmate selamanya. It’s Me...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar